Kicausejati.com – Burung anis merah terkenal dengan sensitif dan perlu waktu untuk bisa beradaptasi terhadap perubahan fisik dan psikis. Perubahan ornamen pada kandang serta perlakuan kasar misalnya, atau perubahan suasana lingkungan yang drastis, bisa membuat anis merah semakin cepat stres.
Karakter Burung Anis Merah |
Burung ini cenderung bosan dan selalu butuh suasana baru. Apabila berada di satu tempat dengan waktu yang relatif lama, kemungkinan burung ini menjadi malas untuk berkicau lagi. Cobalah secara berkala selalu untuk memindahkan tempat gantangannya. Contoh kecil, jika selama ini digantang di depan rumah, kemudian digantang di samping rumah. Ini merupakan salah satu misteri pada burung tersebut.
Burung anis merah mempunyai birahi yang cenderung mudah naik, banyak penyebab yang dapat membuat naiknya birahi pada burung jenis ini. Setelan EF (Extra Fooding) yang berlebihan, penjemuran yang berlebih dan melihat burung anis merah lain, dapat dengan cepat menaikkan tingkat birahinya.
Burung anis merah mempunyai ciri khas tidak mau bunyi dan tidak akan mau teler apabila ia melihat orang yang bukan sehari-hari merawatnya. Karena burung tersebut secara psikologis telah menganggap perawat atau pemiliknya sebagai pasangan. Aneh memang, tapi itulah kenyataannya.
Terlebih biasanya saat kontes atau lomba pada burung kelas anis merah, joki yang menggantang burung dan joki lapangan adalah orang yang tidak pernah berhubungan atau terlibat dalam perawatan harian pada burung tersebut.
Namun burung anis merah tergolong burung yang mudah jinak, karena sifat manjanya yang tinggi, maka burung ini mudah jinak kepada perawat atau pemiliknya. Burung anis merah selalu mencari makan di atas tanah dengan tanaman bawah pohon yang rapat. Dalam proses mencari makan, burung ini selalu membongkar-bongkar dedaunan untuk mencari laba-laba, serangga, cacing dan buah-buahan yang jatuh di tanah. Di Malaysia burung anis merah sering teramati memakan buah beringin.
Sarang burung anis merah berbentuk seperti mangkuk yang dangkal dan tersusun dari akar pohon, daun, dan seresah. Kedua induk aktif membangun sarang yang seringkali dibangun pada ketinggian lebih dari 4,5 meter dan diletakkan pada pohon kecil atau semak. Telurnya sebanyak dua hingga empat butir, seringkali hanya tiga butir, dierami selama 13-14 hari sampai menetas. Setelah menetas, anak dirawat sekitar 12 hari sampai dapat keluar dari sarangnya.